(Tangerang Selatan, 6/11/2021) Fasilitas pengelolaan limbah radioaktif yang dimiliki oleh PTLR bisa tidak lepas dari potensi bahaya korosi. Selain karena sifat limbah yang diolah, hal itu dikuatkan dengan kondisi lingkungan proses pengolahan yang mendukung. Hal itu diungkapkan oleh Aisyah, salah seorang pejabat fungsional Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset dan Teknologi Limbah Radioaktif (PRTLR) dalam acara Manajemen Pengetahuan Nuklir (MPN) yang diselenggarakan secara daring pada Jumat, 5 Nopember 2021.
Acara MPN secara rutin diselenggarakan secara rutin setiap hari jumat dengan menghadirkan narasumber dari internal PRTLR dengan topik bahasan yang beragam tidak terbatas pada teknis pengelolaan limbah radioaktif. Narasumber yang dihadirkan bisa pegawai yang baru saja selesai tugas belajar, pegawai yang selesai mengikuti penugasan pelatihan ke luar negeri atau pegawai yang akan memasuki purna tugas. kali ini, Tim MPN memilih topik potensi bahaya korosi dalam fasilitas pengelolaan limbah radiokatif dan menunjuk seorang peneliti senior, Ir. Aisyah MT sebagai narasumber.
Dalam kata sambutan di pembukaan acara, Plt. Kepala PRTLR, Raden Heru Umbara menyatakan bahwa korosi di fasilitas pengelolaan limbah radioaktif bukan lagi hanya prediksi tetapi sudah menjadi masalah di depan mata yang harus diwaspadai. Hal tersebut didukung dengan fakta adanya sejumlah drum berisi limbah olahan yang berkarat dan karat pada beberapa titik di jalur pemipaan pada Unit Evaporasi. Walaupun drum limbah yang mengalami korosi sudah dilakukan penyelamatan dengan overpacking namun kedepannya harus dicari akar masalahnya sehingga bisa diantisiasi agar tidak terjadi lagi.
Narasumber memberikan penjelasan terhadap pernyataan Plt. Kepala PRTLR, potensi korosi dalam fasilitas pengelolaan limbah radioaktif di PRTLR adalah wajar seperti pada fasilitas lain dikarenakan ada sejumlah faktor yaitu bahan/material penyusun wadah limbah/fasilitas, adanya pengelasan, kondisi lingkungan dan sifat limbahnya. Korosi bisa terjadi pada paket limbah olahan dan fasilitas pengelolaan limbah radioaktif (sistem proses, alat, kendaraan dan lain-lain). Korosi yang terjadi bisa dikategorikan pada jenis korosi seragam dan lokal (batas butir, piting, celah, galvanik, erosi dan tegangan).
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya korosi tersebut adalah dengan mengganti material yang mudah korisi dengan bahan lain, memberi perlindungan dengan proteksi katodik/pelapisan, menjaga kondisi lingkungan, surveilance (pemasangan kupon material), dan memberikan inhibitor. Korosi pada wadah limbah olahan diatasi dengan memperketat kriteria keberterimaan limbah yang akan diolah dan overpacking jika sudah terjadi korosi pada wadah limbahnya.
Narasumber menekankan bahwa korosi pada fasilitas penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas harus diwaspadai.Hal ini dikarenakan jika sudah terjadi korosi makaakan sangat sulit untuk mengatasi kebocoran pada liner SS sebagai lapisandinding kolam dan kanal. Korosi pada cladding bahan bakar nukkir bekas bisa berpotensi terjadi pelepasan hasil fisi ke air pendingin yang akan menaikan radioaktivitas air pendingan sehingga tidak bagus untuk keselamatan pekerjadan lingkungan (irsan)