Badan Riset dan Inovasi Nasional
Badan Tenaga Nuklir Nasional(Yogyakarta, 20/09/2019). Sekarang ini, perguruan tinggi yang punya jurusan fisika bisa memanfaatkan reaktor Kartini Yogyakarta melalui IRL (Internet Reactor Laboratory) untuk memberi pelajaran pada mahasiswa dalam mata kuliah fisika reaktor. Bahkan perguruan tinggi dari negara yang tidak punya reaktor riset, dapat belajar secara langsung tentang teknologi reaktor dan pengoperasiannya.
IRL menghubungkan reaktor riset dengan ruang kelas universitas di negara manapun. Sinyal dan pandangan real-time kegiatan di reaktor dikirim dari reaktor riset melalui internet ke kelas yang berpartisipasi, sehingga panel kontrol reaktor dapat dilihat tampilannya secara langsung.
(Yogyakarta, 13/9/2019) – “Perubahan Sikap Mental Untuk Peningkatan Pelayanan Prima Menuju Ultima”. Itulah tema yang diangkat dalam pelatihan dan motivasi untuk pegawai di kawasan nuklir Yogyakarta, jalan Babarsari.
Acara yang dihadiri sekitar 60 pegawai itu dibuka secara langsung oleh Plt. Kepala PSTA Edy Giri Rachman Putra, Ph.D. Dalam sambutannya, Edy Giri menceritakan tentang perubahan kehidupan di dunia ini yang begitu cepat dengan perilaku sumber daya manusia yang harus mampu berlari untuk beradaptasi dengan perubahan dunia. “Kita tidak bisa merubah dunia beradaptasi dengan kita, kitalah yang harus beradaptasi dengan dunia.”, jelas Edy Giri.
Selajutnya Edy Giri mencontohkan bahwa banyak sekali perusahaan atau organisasi yang mengalami perubahan besar. “Pertama yang dilakukan adalah perubahan mindset, bukan infrastrukstur, bukan hardware, tapi software hati, dalam arti sumberdaya manusianya,” sambung Edy Giri.
(Yogyakarta, 12/09/2019). – Pelaksanaan BATAN Akselerator School (BAS) yang dimulai sejak 26 Agustus 2019, akhirnya ditutup oleh Plt. Kepala Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BATAN, Edy Giri Rachman Putra, Ph.D. (11/09/2019).
Dihadapan 21 peserta BAS, Edy Giri menyampaikan, “Yang namanya teknologi, itu berkembang dengan pesatnya, karenanya BATAN harus bisa menyesuaikan diri”. Masih menurut Edy Giri, seringkali kita membeli alat hanya bisa mengoperasikan, tapi kita tidak pernah tahu bagaimana merawatnya, bagaimana komponen di dalamnya.
“Dengan mengikuti pelatihan seperti ini, paling tidak kita punya sense, punya gambaran tentang bagaimana kita bisa mengoperasikan dengan baik. Di BATAN sendiri, teknologi akselerator adalah sebuah kompetensi yang tidak boleh hilang. Kelak kita juga bisa mandiri,” demikian Edy menegaskan.
Yogyakarta, (6/09/2019). “Kalau bicara tentang keselamatan, BATAN ini harus nomor satu dan harus the best,” demikian tegas Ir. Suryantoro, MT selaku Deputi Kepala BATAN bidang Teknologi Energi Nuklir dalam sambutan pembukaan pada acara Workshop Budaya Keselamatan BATAN 2019 di kantor BATAN Yogyakarta, jalan Babarsari.
Menurut Suryantoro, dalam kebijakan BATAN itu ada 4 kebijakan yaitu pemenuhan peraturan peundang-udangan yang berlaku, Membuat inovasi atau potret yang bermanfaat bagi masyarakat, zero accident, dan kepuasan pelanggan.
“Poin yang ketiga (zero accident) ini harus selalu kita ingat bahwa di BATAN ini harus zero accident. Jadi jangan sampai terjadi kecelakaan. Kalo kita lihat ke belakang dulu, pernah terjadi beberapa kecelakaan/insiden. Mengapa bisa terjadi, tentu saja ini merupakan bagian-bagian yang terkait dengan budaya. Apakah budaya kita ini sudah berbudaya keselamatan atau belum?” papar Suryantoro di depan sekitar 50 peserta.
(Yogyakarta, 02/09/2019). Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Yogyakarta yang berlokasi di jalan Babarsari menyelenggarakan BATAN Accelerator School (BAS). Selain memperkenalkan litbang siklotron yang ada di PSTA kepada instansi luar, BAS juga bertujuan sebagai syarat ujian Surat Ijin Bekerja pada bidang siklotron. Contohnya, siklotron untuk Positron Emission Tomography (PET) yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit kanker.
Saat ini, beberapa rumah sakit di Indonesia sudah punya fasilitas kedokteran nuklir, seperti siklotron untuk produksi radioisotop dan radiofarmaka. Penguasaan teknologi akselerator siklotron ini sangat diperlukan pihak rumah sakit untuk mendukung kemandirian teknologi kedokteran nuklir.