Badan Riset dan Inovasi Nasional
Badan Tenaga Nuklir NasionalYogyakarta - Humas BRIN. Limbah nuklir menjadi pekerjaan rumah yang wajib ditemukan solusinya bagi negara-negara yang telah mengaplikasikan teknologi nuklir. Tidak terkecuali limbah nuklir yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Salah satu negara yang telah mengembangkan riset penanganan limbah nuklir adalah Korea Selatan. Negara tersebut menggunakan teknologi akselerator berbasis Thorium ADS, akselerator berbasis Thorium penggerak reaktor sub-kritis atau Accelerator Driven Subcritical System (ADS).
Hal tersebut disampaikan oleh Jong Seo Chai dari Universitas Sungkyunkwan, Korea Selatan dalam Accelerator Talk yang diselenggarakan Pusat Riset Teknologi Akselerator (PRTA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Selasa, (14/6). “Korea telah memulai penelitian mengenai ADS hampir 20 tahun yang lalu. Saat ini riset ADS di Korea sudah diturunkan hingga ke level universitas” ujar Chai.
Menurutnya Thorium ADS memiliki kelebihan dalam meminimalisir limbah nuklir. “Limbah nuklir yang dihasilkan reaktor umumnya memerlukan waktu hingga ratusan ribu tahun, sedangkan limbah nuklir yang dihasilkan oleh Thorium ADS hanya membutuhkan waktu sekitar 500 tahun,” terang Professor yang turut andil merintis siklotron pertama di negaranya.
Yogyakarta - Humas BRIN. Logam Tanah Jarang (LTJ) sedang banyak diminati, termasuk oleh negara-negara maju. “LTJ dapat dianalogikakan seperti minyak yang ada di Arab Saudi, atau seperti emas hitam, sehingga LTJ bisa menjadi bargaining position suatu negara dalam diplomasi internasional,” terang Heri Purnomo, Peneliti Teknologi Proses, Pusat Riset Teknologi Akselerator (PRTA), Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Demikian halnya dengan Indonesia, Pemerintah melalui Kemenko Marves dan para ahli sedang mengklasifikasi mineral kritis. “Ini penting agar ke depan cadangan yang masuk klasifikasi mineral dan unsur kritis tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk meningkatkan nilai tambah, terutama bagi mineral yang ada di Indonesia,” ujar Heri.
Terkait hal tersebut, ORTN BRIN memiliki fasilitas yang dapat menganalisis aktivasi unsur LTJ, salah satunya yaitu Reaktor Kartini di Yogyakarta. “Reaktor Kartini punya kemampuan untuk menganalisis aktivasi unsur, yaitu mampu mendeteksi unsur yang sangat sedikit keberadaanya di alam, bahkan sampai part per billion,” jelas Umar Sahiful Hidayat, Koordinator DPFK Reaktor Kartini.
Salatiga - Humas BRIN. Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit kanker, membuat para periset terus berinovasi guna menemukan metode untuk mengurangi kematian yang disebabkan penyakit tersebut. Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Akselerator (PRTA) sedang melakukan dan mengembangkan penelitian untuk menangani kanker yaitu dengan metode Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT).
BNCT merupakan terapi yang menggunakan berkas neutron untuk ditembakkan ke material Boron. Keunggulan BNCT untuk dunia medis, hanya menargetkan sel kanker saja, sehingga sel-sel sehat di sekitarnya tidak terpengaruh.
“Boron menangkap neutron,sehingga terjadi reaksi nuklir dan kemudian memancarkan sinar alfa, sinar alfa inilah yang digunakan untuk terapi kanker. Radiasi alfa yang dipancarkan memiliki jangkauan pendek sekali,” ujar Plt. Kepala PRTA, Imam Kambali.
Yogyakarta, Humas BRIN. Energi adalah kebutuhan dasar bagi rakyat Indonesia. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan energi nasional juga terus meningkat. Untuk itu, diperlukan strategi yang baik guna menyiapkan kebutuhan energi di masa depan, salah satunya melalui bauran energi. “Bauran energi itu perlu, untuk menyediakan energi yang terjangkau bagi masyarakat,” jelas Sugeng Suparwoto, Ketua Komisi VII DR RI dalam kunjungan kerja spesifik di Reaktor Kartini BRIN Yogyakarta, pada Kamis (20/1).
Menurutnya, dengan disusunnya RUU Energi Baru Terbarukan, seluruh potensi energi termasuk nuklir perlu dimaksimalkan. Hal ini bertujuan memperoleh keadilan energi bagi masa depan, bukan hanya ketersediaan energi. “Kita perlu bersiap, dengan kapasitas nasional yang kita miliki, kita mampu mewujudkan UU Energi Baru Terbarukan,” tegasnya.
(Yogyakarta, 06/08/2021). Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) BATAN yang memiliki sarana dan prasarana fasilitas nuklir melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Universitas Pattimura Ambon. Kerja sama itu mengenai pendidikan, penelitian dan pengembangan pemanfaatan iptek nuklir. Dilakukan secara daring melalui ruangan Zoom di lokasi masing-masing. (05/08/2021).
Dalam sambutannya, Dekan FMIPA Universitas Pattimura (Unpatti), Prof. Dr. Pieter Kakisina, S.Pd., M.Si. menyampaikan bahwa semua punya tanggung jawab bersama berkaitan dengan peningkatan kecerdasan dan kualitas pendidikan di Indonesia. “Saya menyampaikan apresiasi dan menyambut baik kepada BATAN yang telah bisa merespon keinginan kami, berkaitan dengan peningkatan kualitas mahasiswa FMIPA Unpatti,” kata Pieter Kakisina.