Yogyakarta, Humas BRIN. Energi adalah kebutuhan dasar bagi rakyat Indonesia. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan energi nasional juga terus meningkat. Untuk itu, diperlukan strategi yang baik guna menyiapkan kebutuhan energi di masa depan, salah satunya melalui bauran energi. “Bauran energi itu perlu, untuk menyediakan energi yang terjangkau bagi masyarakat,” jelas Sugeng Suparwoto, Ketua Komisi VII DR RI dalam kunjungan kerja spesifik di Reaktor Kartini BRIN Yogyakarta, pada Kamis (20/1).
Menurutnya, dengan disusunnya RUU Energi Baru Terbarukan, seluruh potensi energi termasuk nuklir perlu dimaksimalkan. Hal ini bertujuan memperoleh keadilan energi bagi masa depan, bukan hanya ketersediaan energi. “Kita perlu bersiap, dengan kapasitas nasional yang kita miliki, kita mampu mewujudkan UU Energi Baru Terbarukan,” tegasnya.
Lebih jauh, Anggota Komisi VII DPR RI Rico Sia mengatakan, “Kami mendorong BRIN untuk bisa menciptakan atau mengikuti perkembangan teknologi, agar kita bisa memproduksi energi dengan biaya yang lebih murah, serta menyiapkan SDM anak bangsa yang mampu mengoperasikan nuklir. Ia menyadari, salah satu kendala yang dihadapi Indonesia adalah keterbatasan SDM yang mumpuni dalam mengelola nuklir ke depan.
Menanggapi hal tersebut, Plt. Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Riyanto memaparkan, “Terkait dengan kesiapan BRIN dalam mendukung terwujudnya PLTN di Indonesia, kami membuka peluang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas pendidikannya melalui skema magang di reaktor nuklir BRIN dan menjadi asisten riset.”
Disamping itu, menurutnya BRIN akan melakukan modernisasi ketenaganukliran yang ada. “Tahap satu adalah melengkapi fasilitas laboratotium dan tahap selanjutnya yaitu revitalisasi reaktor,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Plt. Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Agus Sumaryanto menyampaikan kesiapan BRIN dalam mengembangkan riset ketenaganukliran di Indonesia. “Saat ini BRIN memiliki tiga reaktor nuklir. Pengelolaan limbah nuklir sudah mampu kami lakukan. Fasilitas tersebut ditunjang juga dengan peralatan yang dapat digunakan untuk pengujian bahan bakar PLTN, material, dan lainnya,” terang Agus.
43 Tahun Kinerja Reaktor Kartini BRIN
Salah satu reaktor riset nuklir BRIN yang menjadi fokus perhatian Komisi VII DPR RI adalah Reaktor Kartini Yogyakarta. “Reaktor Kartini mulai beroperasi di tahun 1979 dengan daya 100 kW, berfungsi untuk penelitian dan pelatihan operator reaktor, dengan produk laboratorium fisika inti bagi perguruan tinggi domestik dan regional,” ungkap Muhammad Subekti, Plt. Direktur Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran BRIN.
Ia menambahkan, Reaktor Kartini Yogyakarta memiliki fungsi berbeda dari dua reaktor nuklir BRIN lainnya yaitu menjalankan fungsi pendidikan. Sementara itu, Reaktor Triga-2000 di Bandung berfungsi untuk penelitian dan analisis lingkungan, senyawa bertanda, polutan udara, dan lain-lain. Sedangkan RSG G.A Siwabessy di Serpong berfungsi untuk penelitian, produksi isotop medis maupun industri, dan pengujian material maju. “Meskipun ketiganya memiliki fungsi berbeda, tetapi tetap beririsan dan saling mendukung kegiatan riset ketenaganukliran di BRIN,” jelas Subekti.
Reaktor Kartini BRIN praktis telah beroperasi selama 43 tahun. “Dalam perjalanan pengabdiannya bagi negeri, reaktor tersebut telah menorehkan beragam capaian,” imbuhnya. Reaktor Kartini BRIN tercatat pernah masuk sebagai nominasi Top 99 Inovasi layanan Publik KemenpanRB tahun 2020 dan 2021. Reaktor ini dilengkapi fasilitas Internet Reactor Lab (IRL) yang telah dimanfaatkan oleh 26 perguruan tinggi domestik dan tiga perguruan tinggi internasional. Terdapat 2.437 mahasiswa yang melakukan praktikum dengan layanan IRL.
Di masa sebelum pandemi Covid-19 setiap tahun rata-rata dikunjungi 2000 siswa, pada tahun 2021 dikunjungi sebanyak 931 orang dengan 71% nya dilakukan secara daring. Pada 2021 Reaktor Kartini memberikan kontribusi pertamanya sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sejumlah USD 6.200 dan 37,6 juta.
Menurut Subekti, ke depan Reaktor Kartini diproyeksikan dapat memperluas utilisasi laboratorium bersama dengan universitas di kancah nasional maupun internasional. “Saat ini Reaktor Kartini BRIN telah bekerja sama dengan 90 prodi nasional untuk mata kuliah Fisika Inti atau Fisika Reaktor. Reaktor ini telah melakukan sharing lab collaboration dengan King Saud University, University of Sharjah UEA, Universiti Teknologi Malaysia dan Universiti Kebangsaan Malaysia,” pungkasnya. (hmw/ ed: drs)