(Yogyakarta, 07/10/2020). Siklotron adalah adalah salah satu jenis akselerator atau alat yang digunakan untuk mempercepat partikel dengan lintasan berbentuk siklik (lingkaran). Pengembangannya di Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Yogyakarta sering disebut DECY-13 yaitu kependekan dari Development of Experimental Cyclotron in Yogyakarta yang dirancang agar mampu menghasilkan proton dengan energi 13 MeV.
Proton dengan energi sebesar itu nantinya akan dapat digunakan memproduksi radioisotop F-18 untuk keperluan diagnosis kanker dengan menggunakan Positron Emission Tomography (PET) scan.
Saat ini Siklotron DECY-13 dalam tahap penyelesaian instalasinya. Diharapkan tahun depan dapat mulai tahapan pengujian, komisioning dan pengoperaian. Pada tahapan pengujian diperlukan adanya modifikasi dan revitalsasi perangkat penyusun sistem siklotron. Demikian juga untuk jangka panjang. Setelah tahapan pengujian selesai, selanjutnya masih ada peluang untuk pengembangan sistem siklotron khususnya dalam peningkatan kualitasnya.
Untuk antisipasi hal-hal tersebut, perlu tersedia sumber daya manusia yang lebih solid dengan jalan salah satunya melalui peningkatan kemampuan para peneliti, perekayasa dan pranata nuklir muda untuk memahami. Selain itu harus memiliki ketrampilan dalam desain perangkat-perangkat sistem siklotron. Karena itulah maka PSTA perlu melakukan pelatihan selingkung siklotron. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam desain siklotron DECY-13 dan aplikasi siklotron untuk produksi radionuklida medis.
Pelatihan ini diberi judul Teknologi Desain Siklotron DECY-13 dan Aplikasinya untuk Produksi Radionuklida Medis. Dilakukan di kantor PSTA jalan Babarsari, Yogyakarta sejak 5 sampai 9 Oktober 2020.
Plt. Kepala PSTA, Umar Sahiful Hidayat, M.Eng. dalam sambutannya mengatakan bahwa diklat ini mengacu pada model nuclear knowledge management. Kedepannya akan menghadapi program BATAN corporate university. Artinya pendidikan dan pelatihan menjadi concern yang lebih fokus untuk tahun mendatang. “Jadi ada semacam universitas tapi dalam wujud yang berbeda,” kata Umar.
Umar menjelaskan bahwa kegiatan diklat kedepannya akan dilakukan dengan model blended learning. Dengan blended learning akan ada pengajar dari luar PSTA yang tidak perlu datang langsung ke lokasi diklat, cukup dengan tatap muda secara video conference. Dengan model seperti ini bisa dilakukan sambil mencari networking dengan pihak rumah sakit yang memiliki peralatan siklotron.
“Yang kita tidak punya dari senior adalah pengalaman, karena mereka lebih dulu berkecimpung di siklotron. Kalangan muda sebagai pendatang baru perlu banyak belajar. Untuk berinovasi, kita itu kan harus melihat dulu sesuatu yang sudah ada, sebagaimana istilah ATM, amati tiru dan modifikasi,” tambahnya.
Dimasa mendatang teknologi siklotron ini diharapkan menjadi daya tarik sendiri bagi kalangan universitas, karena ada banyak pertanyaan tentang fasilitas lain di BATAN yang terkait dengan ilmu fisika.
Kegiatan yang berlangsung selama lima hari ini diikuti oleh kalangan muda karyawan PSTA yang menggeluti alat siklotron. Materi pelatihan ini meliputi Produksi Radionuklida Medis Berbasis Siklotron, Desain Generator RF, Desain Magnet dengan program TOSCA sekaligus praktikum, Teori dan praktek Desain Central Region dan Teori Beam Tracking dengan program Cyclone, Praktikum Pengoperasian Network Analyzer. (biw)