(Yogyakarta, 02/07/2020). “SDM unggul adalah salah satu pilihan program prioritas negara Indonesia. BATAN juga ingin memberikan kontribusi dalam program prioritas tersebut, khususnya untuk membentuk SDM unggul di bidang nuklir.” Demikian hal itu disampaikan Prof. Dr. Anhar R Antatiksawan selaku Kepala BATAN, saat mengawali presentasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) yang diselenggarakan oleh Kementerian Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) 30 Juni lalu melalui Zoom Meeting.
Lebih lanjut dikatakan Anhar bahwa dari waktu ke waktu sering ditemui ada perguruan tinggi yang ingin belajar ilmu nuklir, tapi terkendala pada keterbatasan fasilitas. Dalam hal ini BATAN menawarkan ke publik suatu aplikasi yang diberi nama Api Rela Membara.
“Inovasil pelayanan publik Api Rela Membara memungkinkan belajar reaktor nuklir baik teori maupun praktikum dari jarak jauh. Layanan ini juga bisa dimanfaatkan dari mancanegara,” papar Anhar. Melalui aplikasi ini BATAN berkomitmen menjaga semangat belajar anak bangsa tetap membara.
Api Rela Membara merupakan akronim dari Aplikasi Internet Reactor Laboratory sebagai media pembelajaran fisika reaktor. Internet Reactor Laboratory (IRL) yang berada di Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BATAN Yogyakarta, ini hadir menjawab tantangan dalam memasuki era Revolusi Industri 4.0. IRL menyajikan model layanan digital technology, distance learning dan video conference untuk melaksanakan praktikum yang komprehensif dan mendasar tentang ilmu fisika inti.
Kegiatan ini berlangsung secara real-time sehingga memungkinkan mahasiswa di seluruh dunia melakukan praktikum fisika inti menggunakan reaktor Kartini Yogyakarta tanpa terkendala jarak dan waktu. Selain itu, perguruan tinggi juga bisa memanfaatkan reaktor untuk memperkaya program akademik tanpa perlu memiliki reaktor nuklir di kampusnya.
Ketua YLKI, Tulus Abadi yang ikut hadir dalam Zoom Meeting tentang KIPP menyatakan, “Saya agak kurang sreg dengan istilah Api Rela Membara, karena kesannya sangar begitu, padahal nuklir kan sesuatu yang tidak sangar, dan ini bagaimana tugas kita membumikan nuklir, agar masyarakat kita wellcome dengan pernukliran ini,” demikian menurut Tulus Abadi.
Menanggapi pertanyaan Ketua YLKI tersebut, Anhar menerangkan bahwa dalam istilah itu yang diambil adalah semangat membaranya mempertahankan keinginan untuk tetap belajar. “Masalah tidak punya alat, tidak ada fasilitas ataupun jarak, itu sudah tidak bisa lagi menjadi alasan untuk tidak belajar,” kata Anhar. (biw)